Saturday, November 19, 2011

WHITE RAINBOW (Secret: I love you after story)

Aku tertatih berjalan di belakangmu,
Menatap silau kepak sayapmu
Aku terjatuh di belakangmu
Sakit perih melihatmu terlalu jauh
Aku ini apa?
Aku ini siapa?
Aku hanya bisa menyertaimu
Menjadi kacung yang berkedok seorang sahabat
“Sahabat” yang berharap pada langit
Smoga suatu saat kan terjadi suatu keajaiban
Dan Tuhan memberiku sayap
Hingga aku bisa terbang bersamamu
Dan memberi warna pada pelangi yang mulai memutih
24 Maret 2007
Tubuh itu terbujur kaku. Cho Kyuhyun. Sahabatku, sahabat kami, telah pergi menuju kedamaian abadi. Meninggalkan semua yang mencintainya, meninggalkan semua permasalahannya, menggapai kebahagiaan yang kekal.
Gerimis mengiringi pemakaman Kyuhyun. Kulihat Omonim dan Ah Ra noona meratap di samping pusara Kyuhyun. Aku sungguh tak tega melihat mereka. Setelah beberapa bulan ditinggal Cho ahjussi kini Kyuhyun juga pergi meninggalkan mereka. Aku jadi teringat pesan Kyuhyun untuk menjaga Eomma dan Noonanya kalalu dia pergi. Kyuhyun-ah, kami berjanji akan selalu menjaga keluargamu. Seperti yag kau inginkan.
Aku mengedarkan pandanganku. Kulihat Ryeowook dan Sungmin juga tak dapat menahan air mata mereka. Aku mencari sosok Soffie. Tak kutemukan. Saat mendengar Kyu pergi hingga pemberangkatan jenazah sudah tiga kali Soffie pingsan. Ingin sekali aku menopang tubuh rapuhnya. Tapi dia bersikeras ingin sendiri. Ia memaksa ikut ke pamakaman, mengantar Kyuhyun ke pembaringan terakhirnya. Kami melarang karena khawatir dia akan jatuh lagi, namun peringatan kami tak lebih angin lalu baginya. Dan kini aku kehilangan dirinya.
Aku berusaha mencari sosok Soffie diantara pelayat lain. Nihil. Hingga kutemukan dirinya duduk di bawah pohon tak jauh dari makam Kyuhyun. Kuhampiri dia. Tatapannya kosong. Dia tak menyadari kedatanganku. Nyaris tak berkedip, bahkan tak mengeluarkan setetespun air mata.
Ya Tuhan, pemandangan ini lebih mengiris hatiku daripada pemakaman itu. ingin sekali kuhibur dia dengan kata-kata, tapi apa?? Mengatakan “uljima” saja aku tak bisa, karena dia memang tidak menangis. Aku hanya bisa memeluk dan mengelus rambutnya. Bagiku di pamakaman hari ini bukan hannya satu jiwa yang pergi, tapi dua, jiwa Kyuhyun dan hati Soffie.
@@@
“Donghae-ah, kau lihat Soffie tidak? Aku tidak bertemu dengannya sama sekali” tanya Sungmin saat kami berkumpul di studio.
“Aniya, mungkin dia masih terpukul atas kepergian Kyuhhyun” kataku sambil merapikan kertas-kertas partitur untuk latihan kami.
“Tapi ini kan sudah empat hari Hae, apalagi sudah mau ujian tengah semester. Dia tidak bisa larut dalam kesedihan terus-menerus” sambung Ryeowook khawatir.
Benar juga. Ini sudah empat hari Soffie tak muncul di kampus. Sejak ia pulang dari pemakaman Kyuhyun ponselnya tidak dapat dihubungi. Saat kutelepon rumahnya Sylvie noona selalu bilang Soffie sedang mengurung diri di kamar. Vie noona memintaku untuk datang dan membujuk Soffie keluar kamar, namun aku sangsi. Apa aku bisa melakukannya? Aku ini siapa di mata soffie?
“Hae! Kau mendengarkan tidak sih?!” suara Sungmin membuyarkan lamunanku.
“Hah? Mworaguyo?!”
“Waegeuraeyo Donghae-ah. Tak biasanya kau melamun saat latihan. Apa yang kau pikirkan?”
“Kyuhyun dan Soffie” jawabku jujur dengan mata menerawang senja dari jendela studio kami
“Donghae-ah, kita memang merasa kehilangan Kyuhyun, sangat malah. Tapi umur manusia bukan kita yang menentukan, tapi Tuhan. Jika kita benar-benar menyayangi Kyuhyun, kenanglah dia dengan senyuman Hae. Karena memang hanya kenangan manislah yang kita punya darinya. Aku yakin, dia pasti akan tersenyum dari surga” kata Sungmin bijak sambil menepuk pundakku.
Aku tersenyum datar. Memang teman, aku pasti akan mengenangnya sebagai salah satu sahabat sejatiku. Dan aku yakin dia sudah dapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Tapi bagaimana dengan soffie? sebenarnya yang lebih kupikirkan adalah Soffie, gadis yang sudah kucintai diam-diam selama bertahun-tahun. tapi aku tahu dia mencintai orang lain. Kini gadis yang kucintai kehilangan sayap kebahagiaannya. Bagaimana aku dapat membantu mengembalikan senyumnya? Jujur, aku rela menjadi Kyuhyun kedua jika itu bisa membuatnya tersenyum lagi. Itu kini yang menjadi pikiranku. Rahasiaku. Takkan pernah ada yang tahu. Karena ia tersimpan rapi di dalam hati.
@@@
Sepulang latihan aku menepati janjiku pada Vie noona untuk menjenguk Soffie di rumahnya. Sungmin dan Ryeowook tak dapat ikut karena mereka ada urusan.
“Donghae-ah, untunglah kau kesini. Tolong bujuk Soffie makan. Sepulang dari pemakaman sampai sekarang pekerjaannya hanya mengurung diri di kamar. Tak mau makan, tak mau bicara. Aku dan Hankyung oppa sangat khawatir dengan keadaannya” Sylvie noona menceritakan keadaan Soffie dengan mata berkaca-kaca.
“Berarti sudah lima hari dia tidak makan?” tanyaku khawatir. Sylvie noona menganggukkan kepala.
“Baiklah noona, aku akan bersaha membujuknya”
Kuketuk pintu kamarnya beberapa kali. Tak ada jawaban. Vie noona yang berada di sebelahku juga menggelengkan kepala pasrah, lalu pergi meninggalkanku.
Perlahan kubuka pintu kamarnya. Aroma wewangian aquamarine langsung menyambutku. Aku tak pernah masuk ke kamar ini sebelumnya. Tak pernah ada kesempatkan untukku untuk memasukinya. Kuedarkan pandanganku mengamati kamar ini. Dengan wallpaper berwarna biru muda, dengan atap berlukiskan awan-awan putih dan perabotan dari kayu, seakan aku memasuki sebuah taman di tepi pantai. Menyejukkan sekali. Namun sungguh kontras dengan pemilik kamar ini.
Kutemukan sosok Soffie sedang duduk memeluk kedua kakinya di sudut kamar. Di depannya berserakan kertas-kertas lusuh berwarna biru, juga foto-foto. Kulangkahkan kakiku mendekatinya. Aku berusaha membuat suara dengan langkah kakiku dengan harapan dia akan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang. Tapi sia-sia. Kepala itu terus tertunduk hingga aku sampai tepat di depannya.
Kulihat dia dari dekat. Mukanya begitu sayu, tangan yang kuketahui begitu senang menulis puisi itu kini menggenggam erat kedua kakinya. Kulit yang dulu cokelat bersinar kini terlihat sangat kuyu.
“Soffie-ah, nawasseo..” kataku sambil berjongkok di depannya. Tak ada jawaban. Sepertinya suaraku dianggap udara yang lewat.
Aku mengguncang bahunya. Dia mengangkat kepalanya beberapa detik kemudian menunduk lagi. Aku tak ingin memaksanya. Kubiarkan dia sibuk dengan lamunannya beberapa saat lagi.
Kurapikan serakan foto dan kertas di depannya. Hmm.. foto Kyuhyun mulai sma sampai perguruan tinggi. Tak kusangka dia begitu rajin mengumpulkan kenangan-kenangan tentang Kyuhyun. Kertas-kertas itu ternyata berisi puisi-puisi Soffie untuk Kyu. Kubaca puisi itu satu per satu. Tanpa sadar Soffie mendongakkan kepala melihatku yang membaca puisinya. Kudengar dia berkata lirih
“jangan dibaca…” aku tersentak. Akhirnya dia merespon keberadaanku,
“Soffie, wae geuraeyo?? Kenapa kamu seperti ini?! Kyuhyun pasti tidak suka melihatmu jatuh sampai begini”
“….”
“Soffieeee….”
“….”
“Soffie!! berhentilah bersikap kekanak-kanakan!! Kau pikir hanya kau yang kehilangan Kyu Hah!! Aku juga! Kita semua kehilangan dia! Tapi kita juga punya kehidupan sendiri! Sekarang sudah bukan saatnya lagi bersedih! Lihat! Kau membuat semua orang mengkhawatirkanmu! Sampai kapan kau akan membebani orang-orang dengan sikap konyolmu?!!” aku sudah tidak tahan lagi. Kuguncang bahunya keras-keras. Aku sudah tak tahu lagi harus menghadapi dia dengan cara apa. Aku ingin dia kembali hidup. Aku ingin hatinya kembali. Kyu, bantu aku dari atas sana.
“pergi…”
“Hah?” aku tak percaya kata-katanya. Dia menyuruhku pergi?
“pergi…”
“Baiklah kalau itu keinginanmu. Aku pergi. Mungkin bagimu aku bukan siapa-siapa. Tapi kau masih sahabatku. Kau sangat penting bagiku. Aku yang bukan siapa-siapa ini berlutut memohon padamu kembalikan Soffie yang kukenal dulu”
Aku berdiri dan meninggalkannya. Di depan kamarnya tak terasa air mataku sudah tak dapat kubendung lagi. Vie noona mengelus pundakku. Kami berdua menangis dalam diam.
@@@
Sungmin dan Ryeowook berlari tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit.
“Donghae, ada apa ini sebenarnya?” tanya Sungmin dengan nafas terngah-engah.
“Mollayo. Soffie tiba-tiba pingsan dan hidungnya keluar banyak darah. Sekarang dokter sedang memeriksanya”
Vie noona yang mendengar penjelasanku semakin terisak di samping Hankyung hyung. Kami semua terdiam sambil berdoa pada Tuhan semoga tak terjadi apa-apa padanya.
Tak lama keluarlah dokter yang menangani Soffie. Dokter menghela nafas panjang membuat kami semakin gelisah.
“Dokter, bagaimana keadaan adik kami?” tanya Hankyung hyung.
“Tekanan darahnya menurun drastis dan suhu badannya naik hingga pembuluh darahnya pecah. Nona Soffie termasuk orang yang kuat. Saya heran, tekanan darah 40 per 30 masih bisa bertahan”
“Tapi tidak ada suatu yang bahaya kan dok?” Vie noona ikut bertanya.
“Syukurlah keadaannya sudah tidak mengkhawatirkan. Pesan saya tolong dijaga kondisi kejiwaannya. Jangan sampai nona Soffie stress lagi” kata dokter lalu pergi meninggalkan kami.
Terima kasih Tuhan. Kau mendengarkan do’a kami.
@@@
Keadaan Soffie kini membaik. Hari ini hari pertamanya ke kampus setelah beberapa lama absen. Aku bertugas menjemput dan mengantarnya pulang. Akhirnya. Aku mendapat kesempatan ini. Aku tak akan menyia-nyiakannya.
“Annyeong nona cantik, sudah siap?” kataku tersenyum saat melihatnya keluar dari rumah.
Gadis itu hanya tersenyum dan masuk ke mobil tanpa berkata apa-apa. Tak apa Soffie. kau boleh tak bicara padaku kalau memang sedang tak ingin bicara. Aku akan menunggu hingga kau bisa bercerita tentang segala hal padaku. Aku pasti menunggu hingga pelangi putih di hatimu kembali berwana.
@@@
“Soffieee.. Akhirnya kau datang jugaaaa” Sungmin dan Wookie bergegas memeluk Soffie bergantian.
Terbersit rasa tidak suka dalah hatiku. Aku tidak mau dia disentuh oleh laki-laki lain, meski itu sahabatku.
“Ya! YA! Sudah peluk-peluknya! Ayo latihan! Latihan!” kataku sambil menarik mereka menjauh.
“Donghae-ah, kau punya pulpen? Pulpenku tiba-tiba habis dan aku tidak membawa cadangan” tanya Soffie mendekatiku.
“Ah iya. Ambil saja di tasku”
Gadis itu mencari-cari di dalam tasku. Kemudian tiba-tiba diam terpaku. Aku yang heran langsung menghampirinya.
“Bagaimana, ketemu pulpennya?” tanyaku mendekatinya.
“Donghae, apa maksudmu?” katanya menyodorkan selembar kertas padaku.
Degg!! Bagaimana bisa dia menemukan catatanku? Sial! Aku sungguh ceroboh!
“Tunggu, aku bisa menjelaskan semua ini” Gadis itu tak mendengarkan dan langsung menghilang pergi.
“Soffie!!” aku berteriak memanggilnya. Percuma.
“Ada apa?” Sungmin menghampiriku. Diambilnya kertas dari tanganku. Dibacanya. Dia menepuk pundakku pelan.
“Mianhae” bisikku.
Aku menyukaimu, mencintaimu sejak lama. Kau kira kau bisa menyembunyikan perasaanmu padanya dariku? Kau salah.. Meski mereka tak bisa melihatnya, aku dapat dengan jelas merasakannya. Perhatianmu, tatapanmu, perasaanmu, semua tertuju padanya, pada Kyuhyun, sahabatmu yang juga sahabatku. Tak tahukan kau aku juga ikut merasa sakit saat kau menangis untuknya.
Tak tahukah kau, di balik sosok Kyuhyun yang selalu mendapat perhatian lebih darimu, ada aku.Aku yang selalu menanti untuk kau sapa lebih dulu daripada dia, ada aku yang selalu menanti senyumanmu yang selalu kau berikan padanya, ada aku, yang selalu siap menjadi sandaranmu saat kau letih, saat kau berpura-pura baik-baik saja di depan Kyuhyun dan kekasihnya. Ada aku, yang hingga kini masih mencintaimu.
Tak bisakah kau menolehkan hati sedikit saja padaku? Tak bisakah aku menggantikan Kyuhyun di hatimu dan menjadi masa depanmu? Tak bisakah aku memohon sedikit kemurahanmu?
Jebal Soffie, jangan biarkan aku lebih tersiksa dari ini. Jangan biarkan aku tersiksa dengan melihatmu menyiksa dirimu sendiri, meratapi dia yang telah pergi dan tak kembali.
Tidak! Aku tidak boleh membiarkannya berakhir seperti ini. Aku harus menjelaskan padanya! Aku tak mau dia menjauh lagi dariku.
Aku bergegas lari keluar studio mencarinya. Tak kutemukan. Tiba-tiba aku melihatnya di seberang jalan.
“Soffie!! Tunggu!!” aku berlari menyebrangi jalan tanpa memperhatikan sekitarku hingga..
Tinn-tiiiiinnnnn… BRAAAKK!!! Dan semua berubah menjadi gelap.
@@@
“Donghae-ah, mianhaeyo.. Jeongmal mianhaeyo.. aku sungguh tak bermaksud menyakitimu. Aku tak menyangka kejadiannya akan sampai seperti ini” gadis itu menangis menggenggam tanganku. Dia mengkhawatirkanku. Aku merasa bahagia sekali dia seperti ini.
“Donghae-ah. Bangunlah!! Kumohon…”
“Soffie… Kau di sini?” aku memaksa mataku untuk terbuka, meski sulit. Aku ingin sekali melihat wajahnnya. Aku ingin melihat matanya yang khawatir padaku. Sudah lama aku memimpikannya.
“iya, aku di sini.” Dia menangis sambil tersenyum.
“Kau masih marah padaku? Maafkan aku Soffie-ah” aku berusaha keras mengelurkan suaraku, tapi yang terdengar hanya bisikan.
Soffie menggelengkan kepalanya.
“Aku sadar. Ternyata di sini ada orang yang sangat penting yang mencintaiku sepenuh hati. Aku tak boleh menyakitinya. Aku tak boleh kehilangan dia. Atau aku akan menjadi orang berdosa selamanya” katanya tanpa sedetikpun melepaskan genggamannya dari tanganku.
Aku tersenyum. Bahagia sekali rasanya hatiku.
“Jadi kau sekarang juga mencintaiku?” tanyaku berharap. Dia terdiam dan melepaskan genggaman tangannya. Kuraih kembali tangannya. Kini aku yang menggenggam tangannya.
“Baiklah. Aku akan menunggu. Aku pasti menunggumu. Sampai kau sendiri yang mengatakan kau membuka hati dan mencintaiku. Aku pasti menunggu saat itu tiba.” Gadis ini tersenyum. Manis sekali.
Kuhapus air mata dari pipinya.
“Tapi sebelumnya kau harus sembuh dulu” katanya tersenyum.
“EHEEMMM….uhuk..uhuk… Hattsiuuuhh” suara super duper aneh Sungmin membuyarkan adegan romantis kami. Kami baru menyadari ternyata tak hanya kami berdua di ruangan ini. Ada Sungmin, Ryeowook dan seorang suster yang sedari tadi melihat kami. Haish! Kalian ini mengganggu saja. Hahaha…
“Maaf, silakan kalian keluar dulu. Saya akan mengganti perban Donghae-ssi” kata perawat sambil tersenyum.
@@@
Di luar ruangan Donghae
“Soffie-ah, kau sungguh perempuan yang beruntung” kata Sungmin tiba-tiba.
“Ha?! Apa maksudmu? Aku tak mengerti yang kau bicarakan Sungmin” timpal Soffie.
“Kau sadar tidak? Tuhan telah mengirimkan pengganti Kyuhyun untukmu. Dialah Donghae. Yang dengan tulus mencintaimu. Kau bisa lihat sendiri di sini” Sungmin memberikan selembar kertas pada Soffie.
“Dia menulis sendiri lirik lagu ini. Waktu kami mendengar lagu ini pertama kali, jujur aku terharu hingga menangis. Aku bisa merasakan dalamnya perasaan Donghae untukmu” sambung Ryeowook yang disetujui oleh Sungmin.
Soffie membuka lipatan kertas dan membacanya…..
we each live in
two very different world
we only passed each other by once
afterwards, i waited for you like this from far away
when will my dream become real
will you even remember me
will you even remember my name
will you know that somebody kept praying you everyday
i envy you
someone like me is probably nobody special
maybe you already know
how happy a person you are
i thought that my feeling for you
will be buried away like nothing special
so i haven't sent you a letter
will you even remember me
will you even remember my name
do you know that you already mean a lot to someone
i love you
i become like this without myside knowing
maybe you already know
that after that day
i always stayed near
and watched over you
can't you love me?
can't you do so for just a day?
i know these are useless thought but
i wanted to ask you at least once
can i love you?
can't i love alone, even if you don't?
i know these are useless thoughts but
i wanted to ask you at least once
that i love you...
Soffie kembali melipat kertas itu dan memasukkan ke dalam sakunya. Air mata membasahi kedua pipi gadis itu.
“Kalian benar, Sungmin, Wookie. Aku perempuan beruntung.” Sungmin dan Ryeowook tersenyum mendengarnya.
“Meskipun bukan sekarang, tapi aku pasti akan berusaha mencintainya. Suatu saat aku pastikan, aku bisa mencintainya sebesar dia mencintaiku. Aku berjanji pada kalian” kata Soffie tersenyum sambil menghapus air matanya.
“Kami akan sangat menantikan saat itu tiba” kata Sungmin dan Ryeowook bersama-sama.
Dan mereka bertiga tersenyum.
_End_

No comments:

Post a Comment